Kamis, 03 Januari 2019

Hubungan Akhlak dengan, Filsafat, Psikologi, Sosiologi

Hasil gambar untuk BORDER





  MAKALAH
Hubungan Akhlak dengan, Filsafat, Psikologi, Sosiologi


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak
Dosen Pengampu :   Zaenuddin, M.Pd.I.

                                                                                        

Disusun oleh:
1.      Abdul Wahid
2.      Nasihuddin
3.      Amin Ridwan
4.      Risma Hakim

 

FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2018












KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji Syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga  makalah ini dapat terselesaikan dengan segala kesalahan dan kekurangannya, guna memenuhi tugas mata kuliah “AKHLAK”. Sholawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, dan semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’atnya kelak di hari qiamat. Āmīn.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan kami juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Meskipun kami sebagai penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kesalahan dan kekurangan. Namun, tentunya kami menyadari bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dan kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini diwaktu mendatang. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini, sehingga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
















BAB I

PENDAHULUAN


Tidaklah diragukan lagi jika misi utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia,dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima,hingga hal ini dinyatakan oleh Allah di dalam Al Quran.

Kepada umat manusia,khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran Nabi Muhammad SAW itu dijadikan contoh dalam berbagai bidang.Mereka yang mematuhinya dijamin akan keselamatan hidupnya di dunia maupun di akhirat.

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya pemikiran manusia dalam berbagai ilmu pengetahuan,manusia lupa akan apa-apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW akan pengaplikasian serta penerapan akhlak dalam lini ilmu pengetahuan tersebut.

Sesuatu yang mungkin dapat memudahkan seseorang untuk melakukan sesuatu tersebut disalahgunakan untuk berbagai aksi kejahatan serta menyeleweng dari ilmu akhlak.Demikian pula adanya persaingan hidup yang sangat kompetitif yang dapat membawa manusia mudah stress dan frustasi,akibatnya menambah orang yang sakit jiwa.Pola hidup yang seperti inilah yang perlu kita kaji serta kita hubungkan dengan ilmu akhlak.
1.      Apa hubungan akhlak dengan filsafat
2.      Apa hubungan akhlak dengan psikologi
3.      Apa hubungan akhlak dengan sosiologi





Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai ke akar-akarnya, universal dan tematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai segala sesuatu.Di dalam filsafat segala sesuatu dibahas untuk ditemukan hakikatnya.
Kita misalnya melihat berbagai merek kendaraan, lalu kita memikirkannya, membandingkan antara satu dengan yang lainnya, kemudian kita menemukan inti atau hakikat kendaraan, yaitu sebagai sarana transportasi.Dengan menyebut sarana transportasi,maka seluruh jenis dan merek mobil apapun sudah tercakup di dalamnya.
Di antara filsafat obyek pemikiran filsafat yang erat kaitannya dengan Ilmu Akhlak adalah tentang manusia.Para filosof Muslim seperti Ibn Sina (980-1037 M.) dan al-Gazali (1059-1111 M) memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam pemikirannya tentang jiwa.
a.      Menurut Ibnu Sina
Ibnu Sina misalnya, mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan.Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa,lahir di dunia ini.Sungguhpun jiwa manusia tak mempunyai fungsi-fungsi fisik,dan dengan demikian tak berhajat pada badan,namun untuk menjalanan tugasnya sebagai daya yang berpikir,jiwa masih berhajat pada badan.Karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia untuk berfikir.
Pemikiran filsafat tentang jiwa yang dikemukakan Ibn Sina merupakan petunjuk bahwa dalam pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep Ilmu Akhlak.
b.      Menurut Al Ghazali
Dalam hal ini, Al Ghazali membagi umat manusia menjadi tiga golongan.:
Pertama, Kaum Awam,yang berfikirnya sederhana sekali.
Kedua, Kaum Pilihan,yang akalnya tajam dan berfikir secara mendalam.
Ketiga, Kaum Penengkar,
Kaum awam dengan daya akalnya yang yang sederhana sekali tidak dapat menangkap hakikat-hakikat.Golongan ini harus dihadapi dihadapi dengan sikap memberi nasihat dan petunjuk.Kaum pilihan yang daya akalnya kuat dan mendalam harus dihadapi dengan sikap menjelaskan hikmat-hikmat,sedang kaum penengkar yaitu dengan sikap mematahkan argumen-argumen.

Pemikiran al-Gazali ini memberikan petunjuk adanya perbedaan cara pendekatan dalam menghadapi seseorang sesuai dengan tingkat dan daya tangkapnya. Pemikiran yang demikian akan membantu dalam merumuskan metode dan pendekatan yang tepat dalam mengajarkan akhlak.
c.       Menurut Ibnu Khaldun
Pemikiran tentang manusia dapat pula kita jumpai pada Ibn Khaldun.Dalam melihat manusia Ibnu Khaldun mendasarkan diri pada asumsi-asumsi kemanusiaan yang sebelumnya lewat pengetahuan yang ia peroleh dalam ajaran Islam.Ia melihat manusia sebagai makhluk berfikir.Oleh karena itu manusia mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sifat-sifat semacam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya .Lewat kemampuannya dalam berfikir itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya,tetapi juga menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna hidup.Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.
Tetapi dalam kacamata Ibnu Khaldun,kelengkapan serta kesempurnaan manusia tidak lahir dengan begitu saja,melainkan melalui suatu proses.Proses tersebut dikenal dengan nama evolusi.Berbeda dengan Charles Darwin (1809-1882) yang melihat proses kejadian manusia sebagai hasil evolusi makhluk-makhluk organic.Khaldun menghubungkan kejadian manusia (sempurna) dalam perkembangan dan pertumbuhan alam semesta.
Dalam pemikiran Ibn Khaldun tampak bahwa manusia adalah makhluk budaya yang kesempurnaannya baru akan tewujud manakala ia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Ia menunjukkan tentang perlunya pembinaan manusia, termasuk dalam pembinaan manusia dalam pembinaan akhlaknya.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain: 
a)      Metafisika : penyelidikan di balik alam yang nyata 
b)      Kosmologo : penyelidikan tentang alam (filsafat alam) 
c)      Logika : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat 
d)     Etika : pembahasan tentang tingkah laku manusia 
e)      Theodica : pembahasan tentang ke-Tuhanan 
f)       Antropolog : pembahasan tentang manusia.

Dengan demikian, jelaslah bahwa etik atau akhlak termasuk salah satu komponen dalam filsafat.Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu tersendiri dan terlepas dari filsafat.
Jadi kesimpulannya hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik
Ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan proses mental yang terjadi pada manusia. Dengan kata lain, ilmu ini meneliti tentang peranan yang dimainkan dalam perilaku manusia. Psikologi meneliti tentang suara hati (dhamir), kemauan (iradah), daya ingat, hafalan, prasangka (waham), dan kecenderungan-kecenderungan (awathif) manusia.Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa yang menggerakkan perilaku manusia.Dengan demikian, psikologi merupakan mukadimah pokok sebelum mengkaji tentang akhlak.Prof. Ahmad Luthfi berpendapat, “ilmu akhlak tidak akan bisa dijabarkan dengan baik tanpa dibantu oleh ilmu jiwa (psikologi)”. Itulah yang menyebabkan Imam Al-Ghozali sebelum mengajar ilmu akhlak, beliau mengajarkan terlebih dahulu kepada muridnya mengenai ilmu jiwa, dan itulah mengapa Imam Al Ghazali menyusun kitab Ma’arijul Qudsi Fi Madaariji Ma’riftin Nafsi
Ilmu jiwa mengarahkan pembahasan pada aspek batin yang di dalam Qur’an diungkapkan dengan istilah insan.Dimana istilah ini berkaitan erat dengan kegiatan manusia yaitu kegiatan belajar, tentang musuhnya, penggunaan waktunya, beban amanah yang dipikulkan, konsekuensi usaha perbuatannya, keterkaitan dengan moral dan akhlak, kepemimpinannya, ibadahnya dan kehidupannya di akhirat.Quraish Shihab mengemukakan bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik dan sebaliknya.Berarti manusia memiliki kedua potensi tersebut. Beliau mengutip ayat yang berbunyi:

Artinya : Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan(jalan kebajikan dan jalan kejahatan)...QS : Al Balad ayat 10.
Artinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. QS : Asy Syams ayat 7-8.

Dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan.Potensi rohaniah secara lebih dalam dikaji dalam ilmu jiwa.Untuk mengembangkan ilmu akhlak kita dapat memanfaatkan informasi yang diberikan oleh ilmu jiwa.Di dalam ilmu jiwa terdapat informasi tentang perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang usianya. Pada usia balita anak cenderung emosional dan manja.

Pada usia kanak-kanak anak cenderung meniru orang tuanya dan rekreatif. Gejala psikologis seperti ini akan memberikan informasi tentang perlunya menyampaikan ajaran akhlak sesuai dengan perkembangan jiwanya. Dalam kaitan ini dapat dirumuskan sejumlah metode dalam menanamkan akhlak yang mulia.Dengan demikian ilmu jiwa dapat memberikan masukan dalam rangka menentukan metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak.Banyak hasil pembinaan akhlak dilakukan para ahli dengan menggunakan jasa yng diberikan ilmu jiwa, seperti yang dilakukan para psikolog terhadap perbaikan anak nakal, berperilaku menyimpang dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku
Masyarakat dewasa ini senantiasa berubah dan terus menerus akan berubah. Masyarakat kita sekarang jauh berlainan daripada masyarakat nenek moyang kita dan berlainan pula dengan masyarakat yang dihadapi oleh anak cucu kita besok. Segala perubahan itu sedikit banyak mempengaruhi cara hidup dan cara berpikir manusia. Pada prinsipnya masyarakat selalu dinamai dan senantiasa akan berubah. Sehingga Kurikulum harus disesuaikan dengan gerak-gerak dan perubahan masyarakat. Isi kurikulum harus senantiasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat.Bentuk kurikulum harus fleksibel, yakni dapat terbuka terbuka kesempatan untuk memberikan bahan pelajaran yang penting yang perlu bagi murid-murid pada saat dan tempat tertentu. Hanya dengan jalan demikian sekolah dapat memberikan pendidikan yang fungsional , sehinnga anak-anak benar-benar dipersiapkan untuk menghadapi masalah-masalah di dalam masyarakat tempat dia hidup.
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan.Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu pengetahuan yang berobyek hidup bermasyarakat”. Memang banyak pengertian ( ta’rif ) tentang sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith dan Ch. . Ell wood, tekanannya kepada “masyarakatbukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai pengertian yang memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak mempunyai arti yang tepat.Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan daripada semua perhubungan didalam hidup bermasyarakat.Sedangkan dalam arti sempit, ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak dalam aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu, misalnya: masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan lain-lain.
Hubungan antara kedua ilmu ini sangat erat. Sosiologi mempelajari perbuatan manusia yang juga menjadi objek kajian ilmu akhlak. Ilmu akhlak mendorong mempelajari kehidupan masyarakat yang menjadi pokok permasalahan sosiologi. Sebab, manusia tidak dapat hidup, kecuali dengan cara bermasyarakat dan tetap menjadi anggota masyarakat. Karena selalu bermasyarakat, terlihatlah sisi tingkat rendah atau tingginya keadaan suatu masyarakat, baik pendidikan, ekonomi, seni, ataupun agamanya. Begitu pula, ilmu akhlak memberikan gambaran kepada kita tentang bentuk masyarakat yang ideal mengenai perilaku manusia dalam masyarakat.
Dikatakan Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu Akhlak yang dikaji tentang prilaku (suluk) ,artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak ,dimana tidak bisa terlepas kepada kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu sosiologi. Hal yang demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri sebagai makhluk bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup , ia tidak bisa memisahkan dirinya lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar pengaruh itu relative sifatnya.
Memang manusia adalah makhluk bersyarikat dan bermasyarakat,saling membutuhkan diantaranya sesamanya. Hal ini jelas sekali bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat : 13 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Sosiologi mempelajari tingkah laku, bahasa, agama, dan keluarga, bahkan pemerintahan dalam masyarakat. Kesemuanya itu mengenai tingkah laku yang timbul dari kehendak jiwa (akhlak). Dengan demikian, sosiologi menolong ilmu akhlak mendapatkan pengertian tingkah laku manusia dalam kehidupannya.






BAB III

PENUTUP


Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat adalah di dalam Ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika atau akhlak dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika dan Theodica. Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak yang baik
Hubungan ilmu akhlak dengan psikologi adalah ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat tentang apa yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku.
B. PENUTUP
Demikianlah makalah tentang hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu lainnya yang telah penulis paparkan. Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan. Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua










DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka Setia
Ahmad, Athoullah. 1995. Antara Ilmu Akhlak dan Tasawuf. Serang: Yayasan Rihlah Al-Qudsiyah
AR, Zahruddin, Hasanuddin Sinaga. 2004.  Pengantar Studi Akhlak. Jakarta:PT Raja Grafindo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WALI DAN SAKSI NIKAH

MAKALAH Syarat-syarat Wali Dan Saksi, Macam-macam Wali Dan Pendapat Ulama Tentang Kedudukan Wali Dan Saksi Dalam Pernikahan Disusun guna ...